Nissan tengah menjalankan transformasi besar lewat rencana strategis bernama Re:Nissan, yang diumumkan pada 2025. Dalam rencana tersebut, Nissan menargetkan penghematan biaya operasional secara besar—termasuk pengurangan jumlah pabrik dan efisiensi struktur global—dengan garis besar pengurangan pabrik dari 17 menjadi 10 dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk menghadapi tantangan persaingan global, perubahan pasar otomotif, dan tekanan biaya produksi.
Di sisi produk dan inovasi, Nissan makin gencar memasukkan teknologi elektrifikasi ke jajaran produknya. Contohnya di Indonesia, Nissan meluncurkan Nissan X-Trail e-POWER dengan sistem e-POWER dan e-4ORCE — SUV elektrifikasi yang diperkenalkan dalam pameran otomotif terbesar nasional 2025. Selain itu, Nissan juga memamerkan berbagai model kendaraan listrik maupun hybrid global, dan memperlihatkan komitmen mereka untuk mengikuti tren mobilitas masa depan.
Namun, seperti banyak pembuat mobil lainnya, Nissan juga menghadapi tantangan supply chain global. Ada laporan bahwa produksi model SUV populer mereka, Nissan Rogue, akan dipangkas sementara waktu di Jepang karena kekurangan chip. Hal ini menggambarkan bagaimana fluktuasi pasokan komponen elektronik bisa berdampak pada produksi dan distribusi mobil di level global.
Secara keseluruhan, 2025 menjadi tahun transisi besar bagi Nissan: di satu sisi memperkuat arah elektrifikasi dan inovasi produk, di sisi lain melakukan restrukturisasi agar tetap kompetitif di tengah tantangan global. Bagi konsumen maupun penggemar otomotif, hal ini akan membawa perubahan besar — baik dari pilihan mobil yang tersedia, teknologi yang lebih hijau, maupun dinamika industri otomotif global ke depan. Jika kamu mau — saya bisa susun 5–10 prediksi tren Nissan 2026–2028 berdasarkan rencana dan langkah terbaru mereka.