Ducati menunjukkan ekspansi signifikan dalam portofolio motornya dengan peluncuran beberapa model baru dan proyek riset yang ambisius. Di Indonesia, Ducati Indonesia (APM PT Legenda Motor) memperkenalkan Multistrada V4 terbaru, varian V4 dan V4 S, untuk menyasar pecinta motor touring dan adventure. Selain itu, motor sport seperti Panigale V2 S juga resmi dirilis di Mandalika dalam acara “We Ride As One 2025”.
Bicara mesin, Ducati tidak main-main. Mereka mengonfirmasi penggunaan mesin GP24 untuk MotoGP musim 2025 dan 2026, setelah mempertimbangkan stabilitas dan performa mesin ini dari musim sebelumnya. Ini mendapat sorotan dari para pembalap seperti Francesco “Pecco” Bagnaia yang menilai GP24 punya potensi besar.
Di sisi produksi massal, Ducati mencatat tonggak sejarah dengan merilis Desmo450 MX, motocross pertama dari pabrikan Italia tersebut. Motor ini dilengkapi mesin satu silinder 449,6 cc dengan teknologi desmodromic khas Ducati dan bobot hanya sekitar 104,8 kg. Langkah ini menandakan komitmen Ducati masuk ke segmen off-road dan menjangkau penggemar motor di luar jalur aspal.
Tak kalah menarik, Ducati menghadirkan Panigale V4 Tricolore Italia edisi terbatas — hanya 163 unit. Model ini dirancang dengan estetika dan performa tinggi, menggunakan mesin V4 1.103 cc serta upgrade sasis dan komponen balap. Sementara itu, rencana riset masa depan terlihat dari proyek Ducati V21L dengan baterai solid-state dari QuantumScape, yang bisa jadi akan membuka era baru motor listrik performa tinggi.
Porsche mencatat prestasi penting di tahun 2025 dengan penjualan global mencapai lebih dari 200 ribu unit dalam periode Januari–September. Dari total tersebut, sekitar 35,2% berasal dari kendaraan listrik dan plug-in hybrid. Penetrasi EV ini menunjukkan komitmen kuat Porsche dalam strategi elektrifikasi, meskipun mereka tetap menghadapi tantangan pasar global. Di Eropa, tingkat elektrifikasi model Porsche bahkan dilaporkan mencapai 56%.
Namun, tidak semua berita untuk Porsche positif. Di pasar Tiongkok, yang biasanya menjadi salah satu kontributor terbesar penjualan mobil mewah, Porsche mengalami penurunan tajam. Penjualan di China dilaporkan turun sekitar 26% dalam kuartal ketiga tahun ini, yang berimbas pada kinerja global perusahaan. Kondisi ini diperparah dengan tekanan persaingan dari produsen mewah lokal dan tantangan ekonomi serta regulasi di kawasan tersebut.
Di sisi inovasi produk, Porsche terus meluncurkan terobosan teknologi. Salah satu contoh terkini adalah Porsche Cayenne Electric, yang menampilkan interior futuristik dengan layar OLED melengkung terbesar yang pernah dipasang di Porsche, ditambah head-up display augmented reality untuk navigasi. Sementara itu, untuk model sport, Porsche memperkenalkan 911 Carrera GTS dengan mesin T-Hybrid: kombinasi mesin boxer 3.6 liter dan turbo-listrik yang membuat performa tetap tinggi namun lebih efisien.
Terlepas dari kemajuan teknologi, Porsche juga menghadapi keputusan strategis besar dalam jangka panjang. Perusahaan mengumumkan bahwa rencana elektrifikasi penuh kembali direvisi: mereka akan meluncurkan SUV flagship dengan mesin bensin dan plug-in hybrid, alih-alih EV murni seperti rencana semula. Langkah ini diambil untuk menyeimbangkan permintaan pasar yang berubah, terutama di tengah perlambatan adopsi EV dan tantangan margin keuntungan.
Audi sedang dalam fase transformasi besar pada lini produknya. Menurut pernyataan resmi, di tahun 2025 Audi akan merilis sejumlah mobil plug-in hybrid (PHEV) baru — termasuk model A5 e-hybrid yang hadir dalam dua level tenaga hingga 270 kW dan mampu menempuh jarak listrik hingga sekitar 110 km. Strategi ini menjadi bagian dari rencana jangka menengah Audi untuk menjaga fleksibilitas antara teknologi listrik dan mesin pembakaran.
Di segmen SUV, Audi menegaskan komitmen pada EV melalui kehadiran Q6 Sportback e-tron. Model coupe-SUV elektrik ini diperkirakan akan mulai diluncurkan pada semester pertama tahun depan. Desain atap yang lebih miring diprediksi akan memberikan efisiensi aerodinamis dan meningkatkan jangkauan baterai dibandingkan versi SUV reguler.
Sementara itu, di pasar Indonesia dan global, Audi merilis sedan A6 2025 dengan mesin V6 dan teknologi hybrid ringan. Mobil ini dibangun dengan platform Premium Platform Combustion (PPC), yang juga menjadi basis untuk beberapa model hybrid baru. Peluncuran versi listrik (A6 e-tron) juga direncanakan menyusul sebagai bagian dari strategi model campuran Audi.
Dari sisi bisnis, Audi menghadapi tekanan sekaligus peluang. Penjualan mobil listrik (EV) Audi meningkat drastis — pada kuartal pertama 2025, pengiriman EV naik sekitar 30% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, Audi juga memutuskan mundur dari target ambisius bahwa mereka hanya akan menjual mobil listrik setelah 2032, dan tetap akan mempertahankan pengembangan mesin pembakaran serta hybrid.
Ferrari baru-baru ini meluncurkan model flagship baru yang sangat ikonik: 849 Testarossa, sebuah supercar plug-in hybrid dengan tenaga hingga 1.050 HP, terinspirasi dari Ferrari Testarossa era 1980-an. Model ini akan menggantikan SF90 Stradale dan hadir dalam versi coupe dan spider, dengan kecepatan puncak lebih dari 330 km/jam.
Namun, transisi Ferrari ke era listrik ternyata tidak tanpa tantangan. Perusahaan baru-baru ini menurunkan target produksi mobil listrik (EV) menjadi20% dari total model pada tahun 2030, turun jauh dari target sebelumnya sebesar 40%. Langkah ini mencerminkan kehati-hatian Ferrari dalam beradaptasi dengan pasar EV sambil tetap menjaga warisan mobil bensinnya.
Sebagai bagian dari strategi elektrifikasi, Ferrari akan memperkenalkan mobil listrik pertamanya pada Oktober 2025, dan versi produksi EV dijadwalkan tiba pada tahun 2026. Mobil ini diperkirakan memiliki dua motor listrik, output tinggi, dan jangkauan cukup jauh berkat baterai 122 kWh.
Dalam hal pengujian dan R&D, Ferrari juga membuka fasilitas uji baru di markasnya di Maranello, yaitu sirkuit “e-Vortex” sepanjang 1,17 mil. Jalur tes ini dirancang untuk melakukan uji coba mendalam pada NVH (noise, getaran, dan kekasaran), handling, dan keandalan — menjadi bagian dari persiapan Ferrari menghadapi era mobil listrik dan hibrida.
Perusahaan BYD mencatat pencapaian keuangan yang sangat mengesankan untuk tahun 2024. BYD melaporkan pendapatan sebesar 777,1 miliar yuan (~US$107 miliar), naik sekitar 40 % dibandingkan tahun sebelumnya, dan telah melampaui pendapatan dari Tesla, Inc. yang dilaporkan sekitar US$97,7 miliar. Keuntungan bersih BYD juga meningkat, menunjukkan bahwa strategi ekspansi dan penetrasi pasar domestik serta internasional mereka berjalan efektif.
Namun, tidak semua berita untuk BYD berjalan mulus tanpa tantangan. Baru-baru ini mereka mengumumkan bahwa target penjualan global untuk tahun 2025 telah dipangkas menjadi sekitar 4,6 juta kendaraan, turun sekitar 16 % dari target sebelumnya. Alasan yang disebutkan termasuk melemahnya pertumbuhan di pasar domestik China, meningkatnya persaingan dari produsen lain, serta tekanan ekonomi yang lebih luas—menunjukkan bahwa meskipun BYD telah tumbuh cepat, mereka kini menghadapi fase di mana pertumbuhan harus lebih terkelola.
Di sisi ekspansi global, BYD juga mengambil langkah strategis dengan membangun fasilitas perakitan di luar China, salah satunya di Kamboja. Di kawasan Zona Ekonomi Khusus Sihanoukville, BYD mulai pembangunan pabrik perakitan dengan Kapasitas awal sekitar 10.000 kendaraan per tahun. Langkah ini sejalan dengan strategi BYD untuk mengurangi ketergantungan ekspor penuh dari China, memanfaatkan kerjasama regional serta infrastruktur lokal untuk masuk pasar Asia Tenggara lebih dalam.
Jika Anda tertarik, saya bisa cari artikel terbaru khusus untuk pasar Indonesia atau Asia Tenggara tentang BYD—misalnya model-yang akan diluncurkan, strategi lokal, atau persaingan dengan merek lokal. Mau saya cari?
Pertama, fenomena kebangkitan pasar mobil muscle mencolok di tahun 2025. Laporan dari National Automobile Dealers Association(NADA) menunjukkan bahwa penjualan mobil-muscle di Amerika Serikat melonjak sekitar 26 % dibanding sebelumnya, dengan faktor pendorong utamanya adalah harga bahan bakar yang mencapai titik rendah beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada gairah kuat bagi penggemar V8, performa tinggi dan gaya otentik muscle-car di era yang banyak berubah ke arah elektrifikasi.
Kedua, dari sisi produk dan inovasi, merek Dodge mengambil langkah besar menandai era transisi: mereka memperkenalkan generasi baru dari model Charger yang akan hadir dalam varian dua-pintu dan empat-pintu, serta pilihan mesin konvensional dan elektrifikasi/ hybrid. Ini menjadi sinyal bahwa definisi muscle car mulai melebar — tidak hanya V8 besar di coupe dua pintu, tapi juga performa tinggi, berbagai body style, dan mungkin powertrain non-konvensional.
Ketiga, contoh ekstrem dari dunia custom dan aftermarket juga mencuat melalui proyek luar biasa seperti kesempatan dari bengkel custom Ringbrothers yang memperkenalkan “Kingpin”, sebuah build berbasis Ford Mustang Mach I 1969 dengan mesin V8 800+ hp, bodi melebar, material karbon-fiber, dan finishing craft yang luar biasa. Ini menunjukkan bagaimana komunitas penggemar muscle-car masih sangat kreatif, memadukan heritage dan teknologi modern untuk menciptakan flagship yang bukan hanya nostalgia tapi performa tinggi.
Secara keseluruhan, berita-terkini menunjukkan bahwa meskipun era otomotif sedang bergeser ke arah elektrifikasi dan mobil ramah lingkungan, segmen muscle car tetap hidup dan bahkan mendapatkan momentum baru. Dari peningkatan penjualan yang signifikan, inovasi produk yang lebih fleksibel dalam desain dan tenaga, hingga komunitas aftermarket yang terus menghasilkan karya spektakuler — semuanya membuktikan bahwa “otot” otomotif masih punya tempat. Bagi Anda yang menyukai sensasi, suara knalpot besar, kecepatan, dan desain agresif ala muscle car — ini adalah momen yang menarik untuk mengikuti.
klub yang beranggotakan para pengguna mobil Mazda dari berbagai tipe dan tahun pembuatan. Tak hanya itu, klub ini pun saat ini merupakan induk dari berbagai komunitas pengguna Mazda yang ada di Indonesia.
Indonesia Mazda Auto Club (i-Mac) yang resmi berdiri tgl 21 Februari 2004 merupakan wadah bagi komunitas pecinta mazda di Indonesia dari berbagai tipe dan tahun pembuatan. Mereka sering mengadakan kegiatan seperti turing, kopdar, dan kegiatan sosial. Buat sahabat garasi yang mau join atau ingin tau kegiatan komunitas ini silahkan cek di link Instagramnya di @indonesia_mazda_auto_club
Komunitas untuk pemilik Mazda2 dan All New Mazda2 ini berawal dari Kaskus berakhir dengan dibentuknya komunitas yang bernama Mazda 2 Users Community atau biasa akrab dengan nama M2Unity. Bermula dari 10 anggota bisa menjadi 1000 anggota seluruh Indonesia dan terus bertambah. Berawal dari Jakarta sekarang bisa ada hampir diseluruh kota besar di Indonesia Berawal dari sekedar iseng-iseng ikut lomba modifikasi sekarang sudah memiliki beberapa reputasi yang membanggakan diajang kontes modifikasi. M2Unity diharapkan tetap berkembang seiring dengan bertambahnya populasi Mazda 2 di Indonesia dan bisa saling berbagi informasi, pengetahuan, dan pengalaman seputar Mazda2. Buat sahabat garasi yang mau join atau ingin tau kegiatan komunitas ini silahkan cek di link Instagramnya di @m2unity
Mazda Familia/Lantis Indonesia adalah sebuah komunitas independen yang di bentuk untuk menjadi sebuah wadah bagi para pengguna kendaraan Mazda khususnya tipe Familia dan Lantis, yang bertujuan agar sesama pengguna Mazda Familia dan Lantis memiliki tempat untuk sharing seputar kendaraannya masing-masing. Buat sahabat garasi yang mau join atau ingin tau kegiatan komunitas ini silahkan cek di link Facebooknya @familialantis
Honda saat ini dikenal sebagai pabrikan asal Jepang yang memproduksi sepeda motor maupun mobil terkemuka. Honda Motor Company, Ltd atau Jepang Honda Giken didirikan oleh insinyur Soichiro Honda pada 24 September 1948. Dikutip dari honda.co.uk, Soichiro Honda bekerjasama dengan Takeo Fujisawa bersama-sama membangun perusahaan dengan 34 karyawan saat itu. Baca juga: Pusat Sejarah Honda Berdiri di AS Lihat Foto Beberapa karyawan asli Honda (dan keluarganya!) di luar pabrik Hamamatsu pada tahun 1948.(www.honda.co.uk) Sejarah Honda Pada tahun 1937 Soichiro Honda awalnya mendirikan sebuah perusahaan untuk memproduksi ring piston untuk Toyota. Jembatan-jembatan pada Masa Hindia Belanda Artikel Kompas.id Tetapi selama Perang Dunia II salah satu pabriknya dibom dan yang lainnya hancur karena gempa bumi pada tahun 1945. Dia lalu menjual suku cadang dan mesin yang dapat diselamatkan ke Toyota dan menggunakan dana tersebut untuk memulai Honda Technical Research Institute pada tahun 1946. Tak patah semangat, Honda lalu riset mengenai pengembangan sepeda bermotor yang digerakkan oleh mesin. Itulah cikal bakal produksi massal pertama Honda. Sampai pada akhirnya dia mendirikan Honda Motor Company pada 24 September 1948. Baca juga: Sejarah Terbentuknya Warkop DKI Lihat Foto Pendiri Honda: Soichiro Honda dan Takeo Fujisawa(Honda) Tentang Soichiro Honda Soichiro Honda lahir pada 17 November 1906, putra seorang pandai besi di sebuah desa kecil di Hamamatsu, Shizuoka, dekat Gunung Fuji. Honda kecil terpesona oleh mesin dan membantu bisnis perbaikan sepeda ayahnya. Pada 1922 saat usianya 15 tahun, meskipun tanpa pendidikan formal, Honda pindah ke Tokyo untuk mencari kerja. Dia awalnya magang sebagai mekanik pelatihan. Setelah enam tahun, ia kembali ke rumah dan membuka garasi sendiri. Pada 1937 Honda mendirikan perusahaan pertamanya yaitu Tokai Seiki yang memproduksi ring piston. Saat perusahaan itu sedang bertumbuh, pabriknya dibom pada masa Perang Dunia II dan juga mengalami gempa bumi. Dari sisa-sisa bisnis yang hancur itu lalu dijual dan dengan hasilnya, perusahaan baru didirikan: Honda Technical Research Institute.
Karena pentingnya pesawat, pengembangan dan produksinya pun menarik untuk disoroti. Proses dan tahapan pembuatan pesawat pun terbilang cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Nah, berikut ini proses pembuatan pesawat yang mudah dipahami. Yuk, simak sampai habis!
Desain menjadi tahap paling awal dalam pengembangan sebuah pesawat. Dilansir laman Aero Corner, di sini, para insinyur akan menyusun sebuah cetak biru atau yang bisa disebut sebagai blueprint.
Mereka memakai komputer khusus untuk menggambar, merencanakan, dan memodelkan desain pesawat. Menurut laman Oxford Saudia, tahapan proses desain ini dapat memakan waktu hingga 4 tahun penuh mulai dari konsepsi awal hingga masuk ke tahap selanjutnya.
Setelah melewati tahap desain, para insinyur mulai mensimulasikan kinerja pesawat berdasarkan perhitungan mereka. Tahap ini fokus pada efek angin yang terjadi ketika pesawat itu terbang.
Umumnya, para insinyur menggunakan miniatur pesawat dan mensimulasikannya pada sebuah wind tunnel atau bisa juga disebut sebagai terowongan angin. Kemudian hasil simulasi itu dimodelkan kembali menggunakan komputer khusus.
Nah, setelah semua tahap desain dan simulasi pesawat tuntas, komponen-komponen pesawat akan mulai dibuat. Badan pesawat, sayap, serta mesin pun mulai diproduksi. Ribuan komponen yang lebih kecil juga dibuat pada tahap ini.
Sering kali, bagian-bagian itu dibuat terpisah di beberapa perusahaan. Bahkan, perusahaan skala besar seperti Boeing pun sering membeli komponen kepada perusahaan lain yang berspesialisasi dalam bagian tertentu, tulis laman Aero Corner.
Namun pada tahap ini, beberapa komponen yang lebih kecil juga perlu disatukan dengan cara pengelasan. Proses tersebut pun harus memenuhi peraturan dan standar yang sangat ketat.
Setelah bagian pesawat sudah jadi, mereka dikirim ke pabrik utama untuk mulai dirakit. Pada tahap ini, bagian pesawat seperti badan dan sayap akan disatukan, begitu juga dengan mesin dan komponen lainnya. Selanjutnya, setelah semuanya dirakit dan disatukan, pesawat akan diperiksa secara teliti dan menyeluruh.
Tahap yang terakhir dalam proses pembuatan pesawat adalah pengujian. Di sini, pesawat akan mulai melewati serangkaian pengujian terbang dan benar-benar dipastikan bahwa semua sistemnya berjalan dengan baik tanpa hambatan.
Setelah melewati tahap ini, pesawat akan mulai dikirim ke pelanggan. Namun sebelum itu, ia akan dicat terlebih dahulu sesuai dengan brand dan permintaan.
Pembuatan pesawat memang terdiri dari serangkaian proses yang rumit dan tak mudah. Pengujiannya pun memakan waktu yang lama dan dilakukan secara rinci. Ini semua dilakukan demi menjaga keselamatan para penumpang dan awak.
Indonesia memiliki sejarah panjang dan penuh warna dalam industri otomotif, dengan berbagai upaya untuk menciptakan merek mobil buatan dalam negeri. Ada beberapa merek mobil buatan Indonesia yang cukup mencuri perhatian.
Upaya ini tidak hanya menjadi bukti kemampuan teknologi bangsa, tetapi juga menunjukkan semangat nasionalisme dan kemandirian dalam menghadapi tantangan global.
Selama ini, pasar kendaraan Tanah Air selalu didominasi oleh merek-merek keluaran luar negeri, yang menawarkan teknologi canggih dan jaringan distribusi yang luas. Merek-merek mobil buatan Indonesia mulai muncul sebagai alternatif yang menarik.
Merek Mobil Buatan Indonesia
Dengan mengedepankan keunggulan lokal seperti desain yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan kebutuhan masyarakat, mobil-mobil buatan Indonesia semakin mendapatkan perhatian. Berikut adalah beberapa merek mobil buatan Indonesia yang patut dicatat, lengkap dengan sejarah, spesifikasi, dan kisaran harganya.
Merek Esemka muncul sebagai bagian dari program pendidikan kejuruan di Solo pada tahun 2007. Diproduksi oleh PT Solo Manufaktur Kreasi, mobil ini awalnya digarap oleh siswa-siswa SMK dengan tujuan memberikan pengalaman praktis dalam dunia industri. Pada tahun 2019, pabrik Esemka diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, menandai langkah maju bagi merek ini dalam memproduksi mobil nasional.
Esemka telah meluncurkan beberapa model, termasuk Bima 1.2 dan Bima 1.3, yang dirancang untuk kebutuhan transportasi sehari-hari. Mobil-mobil ini menawarkan mesin yang efisien dan desain yang sederhana, menjadikannya pilihan yang ekonomis dan fungsional bagi masyarakat.
Harga mobil Esemka sebagai salah satu merek mobil buatan Indonesia ini berkisar antara Rp 95 juta hingga Rp 150 juta, tergantung pada model dan spesifikasinya.
Proyek Maleo dimulai pada tahun 1996 oleh Prof. BJ Habibie, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Maleo dirancang sebagai merek mobil buatan Indonesia berbentuk sedan yang dapat bersaing dengan mobil-mobil impor di pasar nasional. Namun, sayangnya proyek ini dihentikan di masa pemerintahan Presiden Soeharto, sehingga Maleo tidak pernah diproduksi massal.
Maleo dirancang dengan teknologi canggih dan fitur-fitur modern pada zamannya, namun detail spesifikasinya tidak banyak diketahui publik karena proyek ini terhenti sebelum mencapai tahap produksi penuh. Karena tidak diproduksi massal, Maleo tidak memiliki harga pasar yang jelas.
Timor adalah salah satu merek mobil nasional pertama di Indonesia, diproduksi oleh PT Timor Putra Nasional (TPN) pada tahun 1996 hingga 2000. Timor menjadi simbol kebanggaan nasional dengan peluncuran model S515, yang menjadi sangat populer di kalangan masyarakat pada saat itu.
Timor S515 dilengkapi dengan mesin 1.5 liter dan fitur-fitur dasar yang memadai untuk kebutuhan transportasi harian. Mobil ini dirancang untuk menjadi mobil rakyat dengan harga yang terjangkau.
Pada saat peluncurannya, Timor S515 dijual dengan harga sekitar Rp 35 juta, menjadikannya salah satu sedan merek mobil buatan Indonesia paling terjangkau di tanah air pada masa itu.
AMMDes (Alat Mekanis Multiguna Pedesaan) adalah kendaraan multifungsi yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan di daerah pedesaan Indonesia. Kendaraan ini sepenuhnya dirancang oleh putra-putri bangsa dan telah diekspor ke lebih dari 10.000 unit dalam lima tahun terakhir.
AMMDes mampu mengangkut beban hingga 700 kilogram dan dirancang untuk berbagai keperluan, termasuk pertanian dan transportasi barang di daerah pedesaan. Kendaraan ini menjadi andalan bagi masyarakat pedesaan karena kemampuannya yang tangguh dan fungsionalitasnya yang tinggi.
Sebagai salah satu merek mobil buatan Indonesia, harga AMMDes bervariasi tergantung pada model dan fitur tambahan, namun umumnya berkisar antara Rp70 juta hingga Rp100 juta.
Beta 97 adalah proyek ambisius yang dimulai oleh PT Bakrie Motor pada tahun 1997. Proyek ini berusaha untuk menciptakan mobil nasional yang dapat bersaing dengan merek-merek global. Namun, krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir 1990-an menyebabkan proyek ini harus dihentikan sebelum mencapai tahap produksi massal.
Beta97 telah melalui berbagai tes penting seperti uji bodi, sistem elektronika, dan suspensi, namun sayangnya spesifikasi lengkapnya tidak pernah dipublikasikan karena proyek ini terhenti. Karena proyek ini tidak pernah dilanjutkan, Beta97 tidak memiliki harga pasar yang jelas.
Fin Komodo adalah mobil buggy yang diproduksi oleh PT Fin Komodo Teknologi (PT FKT), sebuah perusahaan otomotif Indonesia yang didirikan oleh Ibnu Susilo pada tahun 2004. Sebelum mendirikan PT FKT, Ibnu Susilo bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan memiliki pengalaman luas dalam desain dan teknologi pesawat terbang. PT FKT mulai merancang Fin Komodo pada tahun 2005 dan memulai produksi komersial pada tahun 2009 setelah melalui berbagai tahapan uji coba.
Sebagai merek mobil buatan Indonesia dengan dimensi panjang 2.650 mm, lebar 1.750 mm, tinggi 1.460 mm, dengan berat kosong 320 kg, dan jarak tempuh hingga 400 kilometer Fin Komodo dirancang sebagai kendaraan offroad yang ringan namun mampu membawa beban berat. Harga Fin Komodo bervariasi tergantung pada modelnya. Untuk model standar KD 250, harga mulai dari sekitar Rp 116 juta. Sementara itu, model KD 250 X Patroli dijual dengan harga sekitar Rp 140 jutaan.
Mobil Tawon adalah merek mobil buatan Indonesia yang diproduksi oleh PT Super Gasindo Jaya, yang berlokasi di Rangkasbitung, Banten. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010, mobil ini dirancang untuk menjadi solusi transportasi yang efisien dan terjangkau, terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan.
Nama “Tawon” dipilih karena serangga ini dikenal sebagai makhluk yang rajin dan memiliki komunikasi yang baik antar sesamanya, mencerminkan harapan bahwa mobil ini dapat menjadi pilihan yang andal dan efektif bagi masyarakat Indonesia.
Dari segi spesifikasi, Tawon dilengkapi dengan mesin berkapasitas 650 cc yang menggunakan bahan bakar bensin, dan mampu menampung hingga empat penumpang. Mobil ini memiliki dimensi kompak, menjadikannya cocok untuk digunakan di jalan-jalan sempit dan medan pedesaan.
Efisiensi bahan bakarnya diklaim setara dengan mobil Low Cost Green Car (LCGC), yang menambah daya tariknya sebagai kendaraan hemat energi. Untuk harganya, ketika pertama kali diluncurkan, mobil Tawon dijual dengan harga yang sangat kompetitif, berkisar antara Rp 43 juta hingga Rp 65 juta, menjadikannya salah satu alternatif kendaraan yang menarik bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di Indonesia.
Mobil Selo adalah prototipe mobil listrik karya anak bangsa Indonesia yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2013. Mobil ini dikembangkan oleh Ricky Elson, seorang ahli teknologi motor listrik, sebagai bagian dari proyek mobil listrik nasional yang didukung pemerintah.
Selo dirancang dengan teknologi motor listrik sepenuhnya buatan lokal dan mampu mencapai kecepatan maksimal hingga 220 km/jam dengan daya tempuh sekitar 250 km dalam sekali pengisian. Meski menjanjikan sebagai solusi ramah lingkungan, pengembangan Selo menghadapi tantangan regulasi dan infrastruktur, yang menghambat komersialisasinya.
Meskipun begitu, Mobil Selo tetap menjadi bukti kemampuan Indonesia dalam mengembangkan teknologi otomotif modern dan berkelanjutan.